Dalam perkembangan terbaru yang mengejutkan dunia, Hamas dilaporkan menolak menyerahkan jenazah 19 sandera Israel yang tewas di Jalur Gaza. Keputusan ini muncul saat pasukan Israel masih menggali puing-puing bangunan di utara Gaza, berharap menemukan sisa-sisa tubuh yang diyakini sebagai tentara dan warga sipil yang diculik selama perang.
Namun, pernyataan Hamas justru memperkeruh situasi. Seorang juru bicara sayap militer Hamas mengatakan kepada media Arab bahwa “tidak akan ada pemulangan apa pun sebelum agresi Israel benar-benar berhenti.” Ia menambahkan, “Gaza bukan pemakaman bagi penjajah, tetapi tanah perlawanan yang tidak tunduk pada tekanan.”
Bagi Tel Aviv, pernyataan ini adalah kabar buruk di tengah gencatan senjata yang rapuh. Israel menuduh Hamas “bermain politik dengan jasad manusia,” sementara keluarga para sandera yang tewas melakukan demonstrasi di depan Knesset menuntut pemerintah segera mengambil langkah diplomatik.
Di sisi lain, sumber keamanan di Israel mengungkapkan bahwa operasi pencarian di Gaza menghadapi kendala besar — sebagian besar area tempat sandera diyakini dikubur kini menjadi reruntuhan akibat serangan udara yang intens. “Kami menggali di bawah tanah yang hancur,” ujar seorang pejabat militer Israel. “Tapi Hamas tahu di mana tubuh mereka. Mereka mengontrol semua informasi.”
Sementara itu, pernyataan keras datang dari Hamas. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, seorang komandan Brigade Qassam mengatakan bahwa “Israel tidak akan menerima apa pun tanpa membayar harga.” Ia menyebutkan bahwa jenazah para sandera kini menjadi bagian dari negosiasi yang lebih luas, termasuk pembebasan tahanan Palestina dan penghentian total blokade Gaza.
Pihak Mesir dan Qatar, yang menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata, disebut sedang berusaha menenangkan kedua belah pihak. Namun, diplomat Mesir mengakui bahwa “proses negosiasi hampir buntu.” Ia menambahkan bahwa Hamas kini lebih percaya diri setelah berhasil bertahan dari serangan besar Israel selama beberapa bulan terakhir.
Situasi ini membuat Washington dan Tel Aviv kembali berselisih. Beberapa sumber di Gedung Putih menyebut bahwa pemerintahan AS “tidak nyaman” dengan langkah Israel yang terus menggempur Gaza sementara proses pemulangan sandera belum jelas. Donald Trump, yang sebelumnya....