Serangan besar Rusia tak hanya meluluhlantakkan Ukraina, tetapi juga mengguncang dunia. Harga energi melonjak, pasar global goyah, dan ketegangan diplomatik meningkat. Negara-negara Eropa yang menggantungkan diri pada jalur energi, kembali dihantui krisis musim dingin.
Sementara itu, NATO menghadapi dilema: terus mengirim bantuan, atau mencari cara diplomatik agar perang tidak semakin melebar.
Banyak analis menilai, serangan terbesar kedua ini adalah pesan tegas dari Kremlin. Rusia ingin menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kendali penuh atas eskalasi perang, sekaligus memperingatkan Barat agar tidak lagi mempersenjatai Ukraina dengan rudal jarak jauh.
Bagi Moskow, perang ini bukan hanya soal Ukraina, melainkan juga perlawanan terhadap dominasi Barat di kawasan.
Ukraina kembali diguncang serangan besar Rusia.
Puluhan rudal balistik dan drone kamikaze menghantam infrastruktur vital, membuat kota-kota lumpuh dan rakyat hidup dalam kepanikan. Serangan masif ini disebut sebagai yang terbesar kedua sejak invasi dimulai.
Sementara itu, Donald Trump melontarkan kritik keras, menyebut miliaran dolar bantuan Barat gagal mencegah serangan Rusia. Dunia pun terbelah: sebagian mendukung langkah militer, sebagian mendesak diplomasi segera.
Apakah ini awal dari akhir perang, atau justru pintu menuju konflik yang lebih luas?