Breaking

Senin, 08 September 2025

Dominasi AS Runtuh! Rusia & China Rebut Venezuela dari Genggaman Washington

 

Krisis geopolitik Amerika Serikat di Amerika Latin semakin memburuk. Washington dikabarkan menghadapi tekanan besar setelah Rusia dan China meningkatkan pengaruhnya di Venezuela. Keduanya dianggap secara tidak langsung “mengusir” kehadiran militer dan politik AS dari kawasan yang selama ini dikenal sebagai “halaman belakang” Amerika.

Dominasi Baru di Caracas

Pemerintah Nicolás Maduro memperkuat aliansinya dengan Moskow dan Beijing. Rusia dilaporkan menempatkan penasihat militernya di Caracas, sementara China menyalurkan investasi besar dalam sektor energi dan infrastruktur. Dukungan ini membuat posisi Venezuela jauh lebih percaya diri menghadapi sanksi serta tekanan politik dari Washington.

Maduro menegaskan bahwa negaranya “tidak akan lagi menjadi korban kolonialisme modern”. Dengan dukungan dua kekuatan besar dunia, ia menantang langsung dominasi AS di kawasan.

Reaksi Washington

Mantan Presiden Donald Trump, yang selama masa kepemimpinannya gencar menekan Maduro, disebut kecewa sekaligus khawatir. Ia memperingatkan bahwa kehadiran Rusia dan China di Venezuela adalah “ancaman langsung” terhadap keamanan AS. Namun, analis menilai Washington kini kesulitan mengambil langkah nyata karena krisis global lain sedang menguras sumber daya Amerika.

Peran Rusia dan China

Bagi Rusia, dukungan kepada Venezuela adalah cara membalas tekanan Barat di Eropa Timur. Sementara bagi China, investasi besar di Caracas bukan hanya soal energi, tetapi juga langkah strategis untuk memperluas pengaruh di Amerika Latin.

Kombinasi keduanya menempatkan AS dalam posisi defensif. Negara yang selama puluhan tahun menjadi pemain dominan di kawasan itu kini justru terpinggirkan.

Analisis

Situasi ini menandai perubahan besar dalam peta geopolitik dunia. Jika eskalasi berlanjut, Venezuela bisa menjadi medan baru persaingan global antara Washington, Moskow, dan Beijing.

Pertanyaan kini mengemuka: apakah Amerika Serikat akan berani menghadapi langsung koalisi Rusia–China di halaman belakangnya sendiri, atau justru mundur perlahan dari panggung Amerika Latin?