Israel kembali diguncang oleh ancaman baru yang datang dari Yaman. Untuk kesekian kalinya, kelompok perlawanan Yaman meluncurkan puluhan rudal secara serentak ke jantung Tel Aviv. Yang membuat dunia semakin tercengang, serangan ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis rudal baru yang mereka sebut sebagai “Qaher,” “Hatem,” dan “Rubij.”
Ketiga rudal ini bukan hanya sekadar proyektil tempur biasa. Mereka diluncurkan dalam formasi yang sulit diprediksi, melesat dengan kecepatan tinggi, dan dalam beberapa kasus berhasil menembus pertahanan Iron Dome Israel yang selama ini dianggap salah satu sistem pertahanan terbaik di dunia.
Malam Mencekam di Tel Aviv
Pada malam penyerangan, sirene peringatan berbunyi nyaring di seluruh Tel Aviv. Warga bergegas menuju bunker dan ruang bawah tanah, sementara langit kota dipenuhi jejak cahaya rudal dan peluru pencegat Iron Dome. Namun kali ini, sistem pertahanan Israel tampak kewalahan.
Beberapa rudal berhasil meledak di dekat kawasan komersial, memicu kebakaran besar dan merusak bangunan tinggi. Media lokal menggambarkan suasana sebagai “malam penuh teror,” di mana dentuman ledakan terdengar hampir tanpa henti selama lebih dari setengah jam.
Trio Rudal Yaman: Qaher, Hatem, dan Rubij
Sumber militer Yaman menyebut serangan ini sebagai unjuk kekuatan. Mereka memperkenalkan tiga jenis rudal baru yang diklaim sebagai simbol kemandirian teknologi pertahanan mereka.
-
Qaher: Dirancang sebagai rudal balistik jarak menengah dengan daya hancur tinggi. Memiliki kemampuan manuver untuk menghindari intersepsi.
-
Hatem: Jenis rudal jelajah yang terbang rendah, sulit terdeteksi radar, dan dirancang untuk menyerang target spesifik di pusat kota.
-
Rubij: Rudal multipel peluncur dengan sistem pelepasan beruntun, mampu membanjiri pertahanan musuh dalam waktu singkat.
Kombinasi ketiganya menciptakan taktik baru yang membuat sistem pertahanan udara Israel kelabakan. Iron Dome dirancang untuk menghadapi roket konvensional, tetapi menghadapi serangan berlapis dari tiga jenis rudal dengan karakteristik berbeda membuatnya nyaris lumpuh.
Dampak Serangan
Ledakan di Tel Aviv menyebabkan kepanikan massal. Transportasi publik dihentikan, penerbangan di Bandara Ben Gurion dialihkan, dan beberapa kawasan pusat bisnis terpaksa ditutup.
Rekaman amatir menunjukkan asap hitam pekat membubung tinggi dari gedung-gedung di pusat kota. Ambulans dan pemadam kebakaran terlihat lalu lalang, sementara warga mencoba menghubungi kerabat mereka di tengah jaringan komunikasi yang sempat terganggu.
Reaksi Israel
Pemerintah Israel dengan cepat mengumumkan keadaan darurat. Perdana Menteri berjanji akan membalas serangan ini “dengan kekuatan yang belum pernah terlihat sebelumnya.” Namun di sisi lain, masyarakat mulai meragukan kemampuan negara untuk melindungi mereka setelah Iron Dome terbukti gagal menahan gelombang rudal tersebut.
Analis militer Israel menyebut serangan ini sebagai “mimpi buruk” karena tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga meruntuhkan kepercayaan publik terhadap sistem pertahanan.
Dunia Internasional
Amerika Serikat langsung menyatakan dukungan penuh kepada Israel, sementara menyerukan agar Yaman menghentikan aksi militernya. Namun negara-negara di Timur Tengah memberikan reaksi berbeda. Beberapa negara Arab menyebut keberhasilan rudal Yaman sebagai bukti bahwa dominasi militer Israel bisa ditantang.
Di Eropa, banyak pihak mendesak gencatan senjata, tetapi solidaritas publik di jalan-jalan justru semakin berpihak pada Yaman dan Palestina.
Kesimpulan
Serangan rudal Yaman dengan trio Qaher, Hatem, dan Rubij bukan hanya pukulan militer, melainkan juga pesan politik yang kuat: Israel tidak lagi bisa merasa aman, bahkan di jantung Tel Aviv.
Kini, dunia menunggu bagaimana Israel akan merespons. Apakah mereka akan meningkatkan eskalasi ke level perang regional? Atau justru terjebak dalam kebingungan menghadapi musuh yang datang dari berbagai arah?
Satu hal jelas: malam itu, langit Tel Aviv menjadi saksi bahwa kekuatan rudal Yaman telah memasuki babak baru yang mengejutkan dunia.