Serangan ini terjadi pada malam hari, ketika sirene peringatan berbunyi tanpa henti di Tel Aviv dan wilayah pesisir selatan Israel. Rekaman amatir yang beredar memperlihatkan cahaya terang di langit, diikuti suara dentuman beruntun, tanda roket-roket ditembakkan dalam jumlah masif.
Sumber-sumber perlawanan di Gaza menyebut serangan ini sebagai operasi terkoordinasi untuk membalas agresi Israel yang masih berlanjut di Jalur Gaza. Mereka mengklaim ratusan roket ditembakkan dalam waktu singkat, dengan teknologi terbaru yang membuat sistem pertahanan udara Israel kewalahan.
Iron Dome, yang menjadi andalan Israel untuk menangkis serangan roket, kali ini tampak tidak mampu mencegat semuanya. Beberapa rudal berhasil menembus pertahanan, menghantam kawasan industri di Ashdod serta area permukiman di sekitar Tel Aviv. Ledakan besar menyebabkan kebakaran di sejumlah titik, memaksa unit pemadam kebakaran bekerja sepanjang malam.
Pemerintah Israel segera mengumumkan status darurat. Perdana Menteri menyatakan bahwa Israel akan merespons dengan kekuatan penuh. “Setiap roket yang ditembakkan ke kota kami akan dibalas sepuluh kali lipat,” ujarnya dalam pidato singkat. Namun, pernyataan itu tidak meredam kepanikan publik. Banyak warga memilih berlindung di bunker bawah tanah, sementara penerbangan di Bandara Ben Gurion sempat dihentikan demi alasan keamanan.
Di Gaza, perlawanan menggambarkan serangan ini sebagai “pesan yang tidak bisa diabaikan.” Mereka menegaskan bahwa selama agresi Israel berlanjut, roket-roket dari Gaza tidak akan berhenti. “Ini hanyalah permulaan,” kata salah satu juru bicara militer perlawanan.
Dunia internasional menyambut dengan keprihatinan. Amerika Serikat menyatakan dukungan mutlak terhadap Israel, sementara beberapa negara Eropa mendesak agar kedua pihak menahan diri. Namun di dunia Arab, aksi perlawanan ini justru dianggap sebagai simbol keberanian rakyat Gaza menghadapi mesin perang Israel.
Warga Tel Aviv menggambarkan malam itu sebagai salah satu yang paling menakutkan. “Langit seperti terbakar. Kami mendengar dentuman tanpa henti, dan tiba-tiba listrik padam di beberapa blok,” ujar seorang warga setempat.
Analis menilai bahwa serangan besar-besaran ini menandai fase baru konflik. Jika sebelumnya serangan roket biasanya terbatas pada wilayah selatan Israel, kali ini Tel Aviv — jantung ekonomi dan simbol kekuatan Israel — menjadi sasaran utama. Hal ini menegaskan pesan perlawanan: tidak ada tempat yang benar-benar aman.
Situasi kini semakin genting. Apakah Israel akan meningkatkan operasi militer besar-besaran di Gaza? Ataukah serangan balasan ini justru memicu eskalasi regional yang lebih luas? Yang jelas, malam ini dunia menyaksikan bagaimana rentetan roket dari Gaza berhasil mengguncang Tel Aviv dan Ashdod, membuka babak baru dalam konflik yang tak kunjung padam.