Menurut laporan media lokal, rudal menghantam sebuah menara komersial di pusat Tel Aviv, menyebabkan kerusakan parah di lantai atas gedung. Api berkobar hebat, dan tim pemadam kebakaran berjuang mengevakuasi warga serta pekerja yang masih terjebak di dalam. Saksi mata menggambarkan ledakan itu sebagai “guncangan yang membuat kaca-kaca pecah dalam radius ratusan meter.”
Serangan ini datang setelah kelompok Houthi di Yaman mengumumkan bahwa Tel Aviv kini masuk dalam daftar target resmi mereka. Mereka menyebutkan bahwa selama agresi Israel terhadap Gaza berlanjut, rudal-rudal jarak jauh buatan mereka akan diarahkan ke jantung Israel. Serangan malam ini dianggap sebagai bukti nyata kemampuan mereka untuk menembus pertahanan udara berlapis Israel.
Iron Dome dan sistem pertahanan lainnya dilaporkan berusaha mencegat rudal tersebut, namun gagal menghentikan semuanya. Beberapa rudal berhasil menembus hingga mencapai area metropolitan, termasuk kawasan bisnis yang biasanya dianggap aman dan terlindungi.
Pemerintah Israel segera mengeluarkan pernyataan darurat. Perdana Menteri menyerukan rapat kabinet keamanan, sementara militer Israel mengumumkan bahwa serangan balasan ke Yaman akan dilakukan “dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Namun, banyak analis menilai bahwa keberhasilan rudal Yaman mencapai Tel Aviv merupakan pukulan telak terhadap reputasi militer Israel.
Di Yaman, kelompok Houthi merilis pernyataan resmi yang menyebut serangan ini sebagai “peringatan awal.” Mereka menegaskan bahwa rudal-rudal berikutnya dapat diarahkan ke infrastruktur vital lain seperti bandara, pelabuhan, dan pusat militer Israel. “Selama Israel terus membombardir Gaza, maka Tel Aviv tidak akan pernah tidur nyenyak,” ujar juru bicara militer Houthi.
Reaksi internasional pun bermunculan. Amerika Serikat mengecam keras serangan rudal ini dan berjanji akan segera memperkuat sistem pertahanan Israel. Namun, beberapa negara di Timur Tengah justru menyebutnya sebagai bentuk solidaritas nyata terhadap perjuangan Palestina. Iran, yang dituding oleh Israel sebagai penyokong utama teknologi rudal Yaman, memilih bungkam, hanya menyebut “perlawanan regional semakin solid.”
Di lapangan, situasi masih mencekam. Jalan-jalan Tel Aviv dipenuhi oleh ambulans, tim pemadam kebakaran, dan pasukan keamanan. Ribuan warga dievakuasi dari gedung-gedung tinggi, sementara otoritas kota menghentikan aktivitas transportasi umum. Bandara Ben Gurion sempat ditutup sementara, dan pasar saham Israel mengalami penurunan drastis akibat kepanikan investor.
Bagi warga Israel, malam ini menjadi bukti nyata bahwa ancaman dari jarak ribuan kilometer bisa menembus pertahanan mereka. “Kami merasa tidak ada tempat aman lagi. Jika rudal bisa mencapai Tel Aviv dan menghantam gedung pencakar langit, maka semua orang di Israel terancam,” ujar seorang saksi mata dengan nada putus asa.
Serangan ini menandai eskalasi baru yang jauh lebih berbahaya. Rudal-rudal Yaman kini tidak hanya menargetkan instalasi militer, tetapi juga pusat komersial dan simbol ekonomi Israel. Hal ini dipandang sebagai strategi untuk melemahkan moral publik sekaligus mengirim pesan bahwa perang kini benar-benar menyentuh jantung Israel.
Pertanyaan besar kini menggantung di udara: apakah Israel akan melancarkan operasi besar-besaran melawan Yaman, atau justru konflik ini akan menyeret kawasan menuju perang regional yang lebih luas? Yang jelas, malam ini dunia menyaksikan bagaimana Tel Aviv, kota yang selama ini dijuluki “kota yang tidak pernah tidur,” luluh lantak dihantam rudal dari Yaman.