Ketegangan baru muncul di balik layar diplomasi Timur Tengah setelah laporan mengejutkan dari Tel Aviv menyebut bahwa intelijen Israel berhasil mengakses dokumen internal Hamas yang berisi rencana militer dan politik mengerikan — termasuk strategi sabotase terhadap upaya gencatan senjata yang sedang difasilitasi oleh Amerika Serikat.
Menurut sumber keamanan yang dikutip oleh beberapa media Eropa, dokumen rahasia itu menunjukkan niat Hamas untuk melanjutkan perang jangka panjang, bahkan jika kesepakatan sementara tercapai.
Isi dari dokumen tersebut, yang diduga hasil peretasan sinyal komunikasi di Gaza, memicu kegelisahan besar di Washington, terutama di lingkaran Presiden Donald Trump, yang selama ini mendorong terbentuknya “kesepakatan damai cepat” untuk meredakan ketegangan global.
Laporan itu menyebutkan bahwa setelah menerima briefing singkat dari pihak Israel, Trump langsung “masuk ke mode panik”, menyadari bahwa proposal damainya berpotensi runtuh sebelum diluncurkan secara resmi.
Salah satu penasihatnya bahkan dikutip mengatakan,
“Dia marah karena menyadari Hamas tidak pernah berniat menghormati kesepakatan. Mereka ingin perang panjang, bukan perdamaian instan.”
Di sisi lain, pemerintah Netanyahu justru menggunakan temuan ini sebagai pembenaran untuk memperpanjang operasi militernya di Gaza, dengan alasan bahwa “tidak ada pihak di seberang meja yang benar-benar ingin menghentikan pertempuran.”
Langkah ini membuat ketegangan antara Tel Aviv dan Washington semakin tajam, karena AS mulai khawatir Israel akan menggagalkan semua jalur diplomatik yang telah dibangun dengan susah payah.
Sementara itu, di Doha dan Kairo, mediator dari Qatar dan Mesir dikabarkan frustrasi dengan situasi yang kian rumit.
Beberapa diplomat menyebut bahwa “setiap kali kesepakatan hampir tercapai, salah satu pihak justru membocorkan informasi sensitif atau melakukan serangan baru,” membuat negosiasi kembali ke titik nol.
Kini, pertanyaan besar menggantung di udara:
Apakah ini pertanda bahwa seluruh upaya perdamaian akan runtuh sebelum benar-benar dimulai?
Atau, apakah kebocoran intelijen ini adalah bagian dari perang psikologis yang dirancang untuk mematahkan semangat lawan?
Satu hal jelas —
baik di Washington maupun Tel Aviv, kepercayaan antara para pemimpin mulai retak.
Dan di tengah permainan informasi dan kekuasaan ini, jutaan warga Gaza tetap terperangkap di antara diplomasi yang gagal dan perang yang tak berkesudahan...