Breaking

Senin, 13 Oktober 2025

Iran Tidak Bisa Bertahan…’: Peringatan Mengerikan Trump Kepada Khamenei dari Negara Muslim

 


Dunia kembali tegang.
Donald Trump, dalam pernyataan terbarunya saat berkunjung ke sebuah negara Muslim di Timur Tengah, mengirimkan peringatan paling kerasnya sejauh ini kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dengan nada tajam dan penuh amarah, Trump berkata:

“Jika Iran terus bermain api, mereka tidak akan bisa bertahan. Tidak kali ini.”

Ucapan itu seketika mengguncang arena diplomasi internasional, menandai kembalinya retorika konfrontatif antara Washington dan Teheran.

 Latar Kunjungan Trump
Trump saat ini tengah melakukan tur diplomatik ke beberapa negara Muslim yang baru-baru ini menandatangani kesepakatan keamanan dengan Amerika Serikat.
Dalam kunjungan ke Arab Saudi, yang menjadi pemberhentian keduanya, ia menyampaikan pidato yang sarat pesan geopolitik — menegaskan bahwa “Iran adalah ancaman terbesar bagi stabilitas dunia Islam.”

Pidato itu disambut tepuk tangan oleh para pejabat Saudi, namun juga menimbulkan kegelisahan di Teheran.
Pasalnya, ini bukan sekadar retorika politik biasa. Trump berbicara dengan nada ultimatum — seolah mengisyaratkan kemungkinan tindakan militer.

 Isi Peringatan Trump
Trump menuduh Iran “bersembunyi di balik retorika agama untuk menutupi ambisi nuklirnya.”
Ia bahkan menyinggung langsung Khamenei dengan kalimat yang mengejutkan:

“Khamenei berpikir dunia takut padanya. Tapi biar saya katakan sesuatu — kami sudah menyiapkan hal yang tidak akan pernah ia bayangkan.”

Menurut sumber diplomatik Amerika, pernyataan itu bukan sekadar ancaman verbal.
Washington dilaporkan telah menempatkan armada tambahan di Laut Arab dan meningkatkan patroli udara di sekitar Teluk Persia dalam dua minggu terakhir.

Reaksi Iran
Teheran menanggapi dengan cepat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, menyebut ucapan Trump sebagai “provokasi murahan” yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti dunia Muslim.

“Iran tidak takut ancaman. Mereka yang berbicara dengan suara keras biasanya yang paling lemah,” ujarnya.

Namun di dalam Iran sendiri, suasana politik mulai memanas.
Beberapa anggota parlemen konservatif mendesak Khamenei untuk mengeluarkan “peringatan balasan,” sementara koran-koran pro-pemerintah menulis tajuk besar: “Trump Kembali, Ancaman Kembali.”

Negara Muslim Jadi Panggung Tekanan Baru
Yang menarik, Trump tidak menyampaikan ancamannya dari Washington — tetapi dari jantung dunia Islam sendiri.
Menurut pengamat, pilihan tempat ini penuh simbol.

Dengan berbicara di Riyadh, Trump ingin menunjukkan bahwa banyak negara Muslim kini berpihak pada Amerika, bukan pada Iran.
Ia bahkan memuji Arab Saudi sebagai “teman sejati peradaban Islam modern,” sambil menyerukan agar “dunia Muslim memutus hubungan dengan rezim yang menindas rakyatnya sendiri.”

Langkah ini secara halus menekan Khamenei, karena menandakan semakin sempitnya ruang diplomasi Iran di Timur Tengah.

Bayangan Konfrontasi Militer
Pernyataan Trump itu muncul hanya beberapa hari setelah laporan intelijen menunjukkan bahwa Iran kembali mengaktifkan fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan Fordow.
Langkah ini memicu kekhawatiran baru akan kemungkinan konfrontasi langsung antara Iran dan AS, terutama jika Trump kembali memenangkan pemilu mendatang.

Seorang analis dari The Atlantic Council mengatakan:

“Trump sedang membangun panggung untuk tekanan maksimum jilid dua. Jika dia kembali ke Gedung Putih, kemungkinan serangan terbatas terhadap fasilitas Iran sangat tinggi.”

Meski belum ada tanda-tanda perang, sinyal militer AS di kawasan kini terlihat jelas: kapal induk, pesawat pengintai, dan latihan gabungan dengan sekutu Teluk.

Dunia Bereaksi
Dari Moskow hingga Beijing, reaksi dunia pun beragam.
Rusia memperingatkan bahwa “provokasi seperti ini bisa memicu ketegangan tak terkendali.”
Sementara China menyerukan agar “semua pihak menahan diri dan tidak membawa kawasan ke jurang perang baru....