Sebuah momen yang mungkin akan dikenang sepanjang sejarah Timur Tengah akhirnya terjadi.
Setelah bertahun-tahun perang, blokade, dan darah yang tak kunjung berhenti mengalir — hari ini, di Kairo, Donald Trump menandatangani perjanjian yang disebut banyak pihak sebagai “Perjanjian Damai Gaza.”
Trump berdiri di samping para pemimpin Mesir dan perwakilan Palestina, dengan kata-kata yang menggema ke seluruh dunia:
“Akhirnya, setelah 3.000 tahun, semuanya berakhir.”
Kalimat itu menandai berakhirnya salah satu konflik paling panjang dan kompleks dalam sejarah manusia.
Momen di Kairo
Upacara penandatanganan berlangsung di Istana Al-Ittihadiya, Kairo.
Mesir, yang selama berbulan-bulan menjadi mediator utama, berhasil menyatukan dua kekuatan besar yang selama ini berseberangan: Amerika Serikat dan perwakilan politik Palestina, termasuk dari Gaza.
Sumber diplomatik mengonfirmasi bahwa perjanjian ini mencakup tiga poin utama:
-
Gencatan senjata permanen di seluruh wilayah Gaza dan perbatasan selatan Israel.
-
Pembukaan kembali jalur ekonomi dan kemanusiaan, termasuk pelabuhan dan bandara Gaza yang selama 17 tahun ditutup.
-
Pembentukan pemerintahan sementara Gaza yang diakui secara internasional, dengan dukungan keamanan Mesir dan pengawasan PBB.
Trump dan Pesan Damainya
Dalam pidato bersejarahnya, Trump tampak berbeda — tenang, bahkan emosional.
“Selama tiga ribu tahun, tanah ini menjadi tempat perang, air mata, dan kehilangan. Hari ini, kita memulai bab baru — bab perdamaian.”
Ia menyebut bahwa langkah ini bukan kemenangan politik, tapi “kemenangan kemanusiaan.”
Trump mengklaim dirinya hanya “alat sejarah” untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai “perang paling tua di bumi.”
Meskipun banyak yang skeptis, suasana di ruangan itu penuh harapan.
Delegasi Hamas, yang selama ini dikenal keras menolak negosiasi dengan Amerika, kali ini tampak duduk di barisan depan....