Dalam sebuah pernyataan yang menggetarkan dunia Arab, sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengumumkan bahwa mereka telah meraih “kemenangan strategis” atas Israel setelah terlaksananya kesepakatan pertukaran tahanan yang telah lama dinegosiasikan di bawah mediasi Qatar dan Mesir.
Dalam siaran resminya, juru bicara Al-Qassam menyebut Israel sebagai “musuh yang gagal, musuh Nazi modern yang tidak mampu menundukkan Gaza”, dan menyatakan bahwa hasil pertukaran ini membuktikan kekuatan politik, moral, dan militer perlawanan Palestina.
Kesepakatan tersebut melibatkan pembebasan puluhan warga Palestina dari penjara-penjara Israel — termasuk sejumlah tokoh penting yang telah lama menjadi simbol perjuangan — sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak awal perang.
Bagi Hamas, pertukaran ini bukan sekadar transaksi, melainkan simbol bahwa mereka dapat memaksa Israel bernegosiasi di bawah tekanan medan perang.
Di sisi lain, reaksi di Tel Aviv sangat beragam.
Pemerintah Netanyahu menyebut pernyataan kemenangan Hamas sebagai “propaganda murahan”, namun di media lokal, muncul suara-suara yang mengakui bahwa operasi penyelamatan militer Israel gagal total.
Beberapa analis di Israel bahkan memperingatkan bahwa “kemenangan simbolik” seperti ini bisa memperkuat semangat perlawanan di seluruh wilayah Arab — dari Lebanon hingga Yaman.
Sementara itu, di Jalur Gaza, ribuan warga dilaporkan turun ke jalan membawa bendera hijau Hamas dan spanduk bertuliskan “Kami tidak tunduk”.
Seruan kemenangan bergema di masjid-masjid dan jalanan, diiringi dengan tembakan kehormatan dari para pejuang yang kembali dari garis depan.
Bagi banyak pengamat internasional, momen ini menjadi titik balik penting dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan perlawanan Palestina.
Sebuah kemenangan politik di tengah reruntuhan, yang mengirim pesan jelas ke dunia...