Momen ini memicu gelombang kejut dan kemarahan besar di Tel Aviv, terutama di kalangan keluarga militer dan partai sayap kanan yang menilai tindakan itu sebagai “penghinaan terhadap negara.”
Menurut laporan lapangan, video itu direkam sesaat setelah proses pertukaran sandera antara kelompok perlawanan Palestina dan Israel, di mana sejumlah warga Israel dikembalikan ke pihak IDF melalui mediasi Qatar dan Mesir.
Namun, salah satu sandera yang dikenal publik karena statusnya sebagai mantan anggota unit cadangan IDF, justru tampil menangis, lalu mencium pejuang Hamas sebagai tanda rasa terima kasih karena “telah diperlakukan secara manusiawi” selama masa penahanan.
Di Israel, rekaman ini memicu kontroversi nasional. Media utama menuduh Hamas sengaja merancang “panggung propaganda”, sementara sejumlah analis independen menyebut momen itu bukti kegagalan moral dan psikologis perang Gaza.
Beberapa bahkan menilai bahwa tindakan sandera itu menandakan keretakan psikologis yang mendalam di antara warga Israel yang terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Sementara itu, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menegaskan bahwa peristiwa itu bukan rekayasa. “Kami memperlakukan tawanan dengan martabat, tidak seperti pendudukan yang menindas rakyat kami,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan Al-Jazeera.
Kementerian Pertahanan Israel dikabarkan kini melarang seluruh sandera yang dibebaskan berbicara kepada media tanpa izin khusus. Namun, video yang sudah beredar luas di platform X, Telegram, dan TikTok telanjur menjadi simbol pergeseran opini publik global — dari narasi penjara dan kebencian, menjadi gambaran perang yang mulai kehilangan arah moralnya.