Serangan gabungan yang dilancarkan Amerika Serikat dan Israel mengguncang wilayah yang dianggap sebagai basis proksi Iran, mulai dari Irak hingga Yaman. Operasi ini menjadi sinyal keras bahwa Washington dan Tel Aviv telah meningkatkan eskalasi, mendorong kawasan ke arah ledakan besar yang hampir tak terhindarkan.
Serangan Terkoordinasi
Menurut laporan berbagai media, serangan udara dilakukan secara presisi terhadap gudang senjata, markas komando, serta konvoi militer yang dikaitkan dengan kelompok yang dianggap pro-Iran. Di Irak, sejumlah fasilitas milisi yang berafiliasi dengan Iran dihantam rudal jelajah. Sementara di Yaman, pangkalan militer Houthi dilaporkan menjadi sasaran drone bersenjata dan jet tempur F-35 Israel.
Serangan ini bukan hanya soal target militer. Ini adalah pesan jelas bahwa AS dan Israel siap menghadapi proksi Iran di mana pun mereka berada.
Iran Bereaksi Keras
Teheran segera mengecam operasi tersebut, menyebutnya sebagai bentuk agresi internasional yang akan berbalik menyerang pelakunya. Pejabat tinggi Garda Revolusi Iran (IRGC) memperingatkan bahwa wilayah Israel dan pangkalan AS di kawasan kini menjadi target sah untuk serangan balasan. “Mereka membuka pintu neraka dengan tangan mereka sendiri,” ujar salah satu komandan senior Iran.
Proksi Iran dalam Siaga Tinggi
Di Irak, milisi Hashd al-Shaabi bersumpah akan membalas dengan serangan roket terhadap pangkalan AS. Di Yaman, Houthi memperingatkan bahwa mereka akan meluncurkan rudal balistik jarak jauh yang mampu mencapai Tel Aviv. Bahkan, Lebanon disebut-sebut akan menjadi titik panas baru jika Hizbullah memutuskan ikut dalam eskalasi.
Risiko Perang Regional
Para analis menilai serangan gabungan ini hanyalah awal dari konfrontasi yang lebih luas. Dengan meningkatnya intensitas pertempuran, risiko perang regional semakin besar. Washington tampaknya berusaha memutus jaringan pengaruh Iran, sementara Israel berupaya mencegah ancaman lintas batas yang bisa melumpuhkan keamanannya.
Namun, skenario ini justru bisa menjadi bumerang. Jika Iran memutuskan turun langsung ke medan perang, maka Timur Tengah akan menghadapi salah satu konflik terbesar dalam sejarah modern.
Dunia dalam Ketegangan
Reaksi internasional bermunculan. Rusia dan Tiongkok mengutuk keras serangan ini, menuduh AS dan Israel memicu ketidakstabilan global. Uni Eropa menyerukan de-eskalasi, tetapi.....