Breaking

Kamis, 16 Oktober 2025

Spanyol Dituduh Masuk Konflik AS–Venezuela: Parlemen Madrid Meledak dalam Pertikaian

 

Sejak Washington menjatuhkan sanksi keras terhadap sektor energi Venezuela, beberapa negara Eropa termasuk Spanyol sempat memanfaatkan “celah dagang” untuk membeli minyak dengan perantara pihak ketiga. Namun, pada bulan ini, AS dilaporkan memperketat sistem pemantauan finansial global, yang membuat Spanyol disudutkan di antara dua kekuatan besar: Amerika Serikat dan Rusia.

Eropa kini haus energi setelah perang panjang di Ukraina. Ketika Rusia membatasi pasokan minyak dan gas ke Eropa, Caracas menjadi alternatif “gelap” yang menarik, apalagi harga minyak dunia mulai melambung lagi.

Tetapi Amerika tidak tinggal diam. Washington menuduh “pihak ketiga Eropa” membantu menghidupkan kembali ekonomi minyak Venezuela, yang dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap sanksi internasional.

Seorang pejabat AS, yang dikutip oleh Reuters, menyebut:

Kita akan tahu siapa saja yang berpura-pura tuli terhadap sanksi ini.”

Pernyataan itu menimbulkan kehebohan di Madrid, karena Spanyol termasuk dalam daftar pengimpor minyak terselubung dari Amerika Selatan.

Pertarungan Politik di Madrid

Di dalam negeri, kontroversi ini langsung memicu perang kata-kata di parlemen Spanyol.
Partai sayap kanan Vox menuduh pemerintahan Sánchez “menjual prinsip NATO demi keuntungan minyak murah.”
Sementara partai kiri Unidas Podemos menuduh Amerika menggunakan NATO sebagai alat tekanan ekonomi, bukan lagi aliansi pertahanan.

Sánchez sendiri bersikeras bahwa Spanyol tetap mematuhi sanksi internasional, namun juga “tidak akan tunduk sepenuhnya terhadap kebijakan sepihak.”

Kepentingan Eropa harus ditentukan di Eropa, bukan di Washington,” ujarnya dalam konferensi pers singkat.

Namun, ketegangan politik dalam negeri semakin memanas ketika bocoran dari media lokal menyebut bahwa dua kapal logistik Spanyol baru saja menandatangani perjanjian teknis dengan mitra AS di Puerto Rico — wilayah yang menjadi pangkalan strategis operasi intelijen Amerika di Karibia.

Kemarahan Venezuela & Reaksi Internasional

Pemerintah Venezuela bereaksi cepat. Menteri Luar Negeri Venezuela, Yván Gil, menyatakan bahwa setiap kapal asing yang beroperasi tanpa izin akan dianggap sebagai ancaman militer.

Kami tahu siapa yang bermain ganda. Kami memiliki satelit, mata, dan sekutu yang memperhatikan setiap gerakan di laut kami,” ujar Gil.

Rusia dan Iran, dua sekutu utama Venezuela, juga ikut bersuara.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut langkah NATO di Laut Karibia sebagai “provokasi kolonial baru”, sementara Teheran menyebutnya “bukti bahwa Barat belum belajar dari perang Ukraina.”

Washington menolak tuduhan itu. Dalam konferensi di Pentagon, juru bicara militer AS menegaskan bahwa tidak ada operasi ofensif terhadap Venezuela, dan bahwa NATO hanya melakukan “pengawasan keamanan laut.”

Namun, di balik layar, analis menyebut bahwa AS sedang berusaha mencegah Rusia memperluas pengaruh energi di Amerika Latin — terutama melalui ekspor minyak Venezuela ke negara-negara BRICS....