Kejutan geopolitik mengguncang panggung internasional setelah muncul klaim bahwa Teheran telah menerbitkan sebuah doktrin militer dan strategis baru yang, menurut beberapa analis intelijen Barat, tampak menempatkan opsi-opsi ofensif terhadap Israel sebagai bagian dari kerangka doktrin tersebut.
Doktrin yang beredar — yang sumbernya berupa bocoran dokumen intelijen dan pernyataan pejabat regional — memuat garis besar kebijakan keamanan baru Iran yang menyatukan dimensi politik, militer, dan ekonomi dalam satu peta jalan jangka menengah. Beberapa poin kunci yang disebut-sebut termasuk peningkatan kapabilitas rudal dan rudal-balistik, perluasan program proxy di kawasan, serta strategi “pengurangan kapasitas” infrastruktur militer lawan.
Klaim tentang “rencana pemusnahan” kemudian menjadi narasi sensasional di sejumlah media—membuat Washington dan Tel Aviv berada dalam posisi kewaspadaan tinggi. Di Gedung Putih, pejabat keamanan nasional dianggap sedang menilai ulang langkah-langkah pencegahan dan opsi diplomatik, sedangkan di Tel Aviv pernyataan tersebut memicu perdebatan keras soal kesiapan militer dan ancaman strategis jangka panjang.
Namun para pengamat memperingatkan agar pembaca berhati-hati: istilah “pemusnahan” sering muncul dalam retorika militer yang dipolitisasi, dan dokumen bocoran bisa saja sengaja dirancang untuk tujuan disinformasi atau tekanan geopolitik. Beberapa analis mendorong verifikasi lebih lanjut—apakah ini benar-benar doktrin resmi yang disahkan Teheran, atau justru dokumen kerja yang sengaja dibocorkan untuk menguji reaksi musuh.
Apapun kebenarannya, dampaknya nyata: pasar geopolitik berguncang, aliansi regional menilai ulang peta risiko, dan publik internasional mempertanyakan apakah dunia sedang menyaksikan eskalasi retorika yang bisa berujung pada konfrontasi lebih luas. Pertanyaannya kini bukan hanya “apa isi doktrin itu?”, tetapi juga “siapa yang diuntungkan jika narasi ancaman ini dibiarkan tumbuh tanpa verifikasi?”....