Kyiv kembali diguncang serangan besar-besaran Rusia. Kali ini, Moskow mengerahkan sejumlah rudal paling mematikan dalam arsenalnya, mulai dari Kalibr, Kinzhal, hingga Zircon. Gelombang serangan brutal itu menghantam jantung ibu kota Ukraina, menimbulkan kerusakan parah dan kepanikan warga sipil.
Menurut laporan resmi Ukraina, serangan terjadi pada dini hari ketika ratusan ribu warga masih terlelap. Ledakan beruntun mengguncang berbagai distrik, termasuk area industri, fasilitas energi, dan bangunan pemerintahan. Sistem pertahanan udara Ukraina memang berhasil mencegat sebagian rudal, namun skala serangan kali ini disebut jauh lebih masif dibanding sebelumnya.
Rudal Kalibr, yang ditembakkan dari kapal perang di Laut Hitam, menghantam infrastruktur energi penting. Rudal hipersonik Kinzhal, dengan kecepatan lebih dari 10 kali kecepatan suara, menembus pertahanan dan menghantam bunker bawah tanah. Sementara Zircon, rudal hipersonik terbaru Rusia, dilaporkan mengenai fasilitas militer strategis di sekitar Kyiv.
Presiden Volodymyr Zelensky menyebut serangan ini sebagai “teror terbesar” yang dilakukan Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Ia kembali menyerukan bantuan senjata dari Barat, menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mampu menahan gempuran semacam ini tanpa dukungan penuh dari sekutu.
Moskow, di sisi lain, menyatakan operasi ini ditujukan untuk melumpuhkan “target-target militer sah” dan memperingatkan bahwa serangan lebih besar akan datang jika Ukraina terus melanjutkan perlawanan dengan dukungan NATO.
Pengamat internasional menilai, penggunaan kombinasi rudal Kalibr, Kinzhal, dan Zircon menunjukkan strategi eskalasi Rusia untuk memperlihatkan superioritas militernya. Dunia kini menyoroti apakah serangan brutal ini akan memicu langkah balasan dari Barat atau justru mempercepat keletihan Ukraina di medan perang.