Gaza – Israel Defense Forces (IDF) kembali memicu kontroversi internasional. Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah meratakan sebuah gedung pencakar langit di jantung Kota Gaza. Menurut klaim resmi, bangunan itu digunakan Hamas sebagai pusat komando dan infrastruktur militer.
Serangan udara berlangsung pada dini hari, disertai suara ledakan keras yang mengguncang seluruh kawasan. Asap hitam membumbung tinggi, sementara puing-puing gedung menjulang bagai gunung reruntuhan di tengah kota yang sudah hancur akibat perang.
Warga sipil yang berada di sekitar lokasi dilaporkan berhamburan menyelamatkan diri. Meski IDF menyebut bangunan itu murni target militer, saksi mata mengaku ada sejumlah keluarga yang masih tinggal di lantai bawah gedung tersebut. Hingga kini, jumlah korban jiwa masih simpang siur.
Juru bicara IDF menegaskan bahwa serangan ini adalah bagian dari operasi untuk melemahkan kemampuan Hamas. “Kami akan terus menghancurkan infrastruktur teror, di mana pun mereka bersembunyi,” ujarnya dalam keterangan pers.
Namun, dari pihak Hamas, tuduhan itu langsung dibantah. Mereka menyebut Israel menggunakan alasan “infrastruktur militer” untuk melegalkan penghancuran simbol-simbol penting di Gaza, sekaligus mematahkan mental rakyat Palestina.
Reaksi keras datang dari komunitas internasional. Beberapa lembaga kemanusiaan menilai penghancuran gedung pencakar langit di Gaza hanyalah bentuk lain dari hukuman kolektif, yang dilarang oleh hukum internasional.
Kondisi di Gaza kini semakin genting. Dengan gedung-gedung utama yang terus hancur, rakyat sipil menghadapi situasi tanpa tempat perlindungan, tanpa kepastian, dan tanpa suara yang benar-benar didengar dunia.