Hari ini, dunia kembali dikejutkan oleh serangan besar di kawasan Timur Tengah. Kota Eilat, Israel, yang selama ini dikenal sebagai gerbang perdagangan penting di Laut Merah, porak-poranda setelah dihantam rudal balistik jarak jauh milik Suriah.
Ledakan besar mengguncang wilayah tersebut pada dini hari. Rudal-rudal presisi tinggi, yang disebut sebagai tipe Az-Zahir, meluncur dengan kecepatan supersonik dan menghantam target vital di kota pelabuhan itu. Hanya dalam hitungan menit, Eilat berubah menjadi lautan api.
Pelabuhan utama, kawasan industri, hingga instalasi energi strategis hancur lebur. Laporan awal memperkirakan kerugian mencapai 11 miliar dollar, menjadikannya salah satu serangan paling mahal dalam sejarah Israel.
Bagi Suriah, serangan ini adalah bentuk balasan atas operasi militer Israel di Damaskus beberapa waktu lalu. Pemerintah Suriah menegaskan bahwa setiap upaya Israel mengganggu kedaulatan mereka akan dibalas dengan kekuatan penuh.
Bagi Israel, kehilangan Eilat adalah pukulan telak. Kota ini bukan hanya destinasi wisata internasional, tetapi juga jalur emas perdagangan yang menghubungkan Israel dengan Laut Merah dan rute dagang global. Kini, jalur suplai logistik, energi, dan perdagangan Israel lumpuh total.
Pertanyaan besar pun muncul: di mana sistem pertahanan Iron Dome dan David’s Sling? Mengapa rudal Suriah bisa menembus pertahanan yang selama ini digadang-gadang sebagai yang tercanggih di dunia? Kritik keras mulai diarahkan kepada pemerintahan Benjamin Netanyahu, yang dianggap gagal melindungi rakyat dan infrastruktur vital negara.
Dampak serangan ini juga mengguncang politik dalam negeri Israel. Oposisi menyerang keras kebijakan Netanyahu, sementara rakyat mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemerintah dalam menjaga keamanan nasional.
Di tingkat internasional, serangan ke Eilat menjadi peringatan serius. Para analis militer menilai ini bukan hanya konflik Israel–Suriah semata, melainkan bagian dari eskalasi besar di Timur Tengah yang melibatkan Iran, Hizbullah, hingga kelompok perlawanan di Gaza dan Yaman. Satu langkah salah bisa menyeret kawasan ini ke dalam perang besar yang melibatkan banyak negara.
Kini, Eilat hanya menyisakan puing-puing. Kota yang dulu menjadi simbol modernisasi dan perdagangan Israel, dalam sekejap berubah menjadi saksi bisu kehancuran akibat perang.
Satu hal yang semakin jelas: konflik di Timur Tengah belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Sebaliknya, setiap serangan balasan justru membuka babak baru dalam perang panjang yang penuh darah, air mata, dan kehancuran ekonomi.