Breaking

Sabtu, 27 September 2025

Mendesak | Houthi Balas Dendam, Israel Teriak Senjata Terlarang, Rusia–AS Hadapi Konfrontasi Militer

 

Gelombang baru konflik global kembali mengguncang dunia. Kelompok Houthi di Yaman menyatakan balas dendam atas korban yang jatuh di Sana’a akibat serangan Israel. Sementara itu, Tel Aviv mengklaim bahwa Houthi kini menggunakan senjata terlarang dalam serangan balasan mereka. Pada saat bersamaan, ketegangan meningkat tajam setelah Rusia dilaporkan terlibat langsung dalam pertempuran militer dengan Amerika Serikat.

Pernyataan Houthi

Dalam siaran resmi, juru bicara militer Houthi menegaskan bahwa setiap tetes darah warga sipil Yaman akan dibalas dengan serangan ke jantung Israel. Mereka menuding Israel telah melewati batas dengan menargetkan wilayah sipil, sehingga “balasan tanpa kompromi” adalah jalan satu-satunya.

Tel Aviv Panik: Tuduhan Senjata Terlarang

Pemerintah Israel menuduh Houthi meluncurkan senjata terlarang dalam serangan balasan terbaru. Media lokal di Tel Aviv menyebut adanya penggunaan rudal cluster dan hulu ledak kimia ringan, meski belum ada konfirmasi independen. Tuduhan ini memicu kepanikan publik, dengan sirene darurat berbunyi hampir setiap jam di beberapa kota besar Israel.

Rusia vs Amerika: Titik Didih Baru

Di luar itu, situasi internasional semakin kacau setelah laporan bentrokan langsung antara pasukan Rusia dan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Bentrokan tersebut dilaporkan melibatkan serangan udara dan konfrontasi laut di Mediterania Timur.
Kedua negara saling menyalahkan. Washington menuduh Moskow memperkeruh keadaan, sementara Kremlin menyatakan pasukan Rusia hanya melindungi sekutunya dari “agresi Barat.”

Reaksi Dunia

PBB segera menggelar sidang darurat, namun suasana kacau karena masing-masing kubu saling tuding. Negara-negara Arab memuji keberanian Houthi, sementara negara-negara Barat cenderung mengikuti narasi Israel soal “senjata terlarang.” Dunia seolah terbagi dua blok, mengingatkan kembali pada era Perang Dingin.

Analisis

Eskalasi ini menandai fase paling berbahaya dari konflik di Timur Tengah. Jika benar Rusia dan Amerika telah terlibat langsung, maka kawasan bisa menjadi arena perang terbuka antara dua kekuatan nuklir terbesar dunia. Israel, yang awalnya hanya fokus menghadapi Houthi dan kelompok perlawanan lain, kini justru menjadi pemicu ketegangan global.