Doha – Tel Aviv. Ketegangan Timur Tengah kembali memuncak setelah Qatar secara resmi menyerukan serangan balasan terhadap Israel. Pernyataan ini keluar menyusul eskalasi terbaru yang melibatkan serangan rudal dan operasi udara Israel ke wilayah Teluk, termasuk dugaan serangan ke ibu kota Doha.
Qatar menegaskan, serangan terhadap kedaulatan negaranya tidak akan dibiarkan begitu saja. Lebih jauh, Doha menyerukan poros perlawanan Islam untuk bersatu melakukan balasan. Seruan ini segera disambut hangat oleh kelompok dan negara yang selama ini berada di bawah pengaruh Iran, seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, Hamas di Gaza, hingga milisi Suriah dan Irak.
Bagi Israel, ancaman ini sangat berbahaya. Jika semua kekuatan perlawanan bergerak secara bersamaan, Tel Aviv bisa benar-benar terkepung dari segala sisi. Rudal dari Lebanon, drone dari Yaman, serangan darat dari Gaza, dan tekanan diplomasi dari negara Teluk akan menjadi kombinasi yang sulit dihadapi, bahkan oleh militer Israel sekalipun.
Situasi ini membuat pemerintahan Benjamin Netanyahu berada dalam tekanan besar. Sistem pertahanan Iron Dome dan David’s Sling terus diuji, sementara rakyat hidup dalam ketakutan akibat sirene serangan udara yang tak pernah berhenti.
Para pengamat internasional memperingatkan, jika seruan Qatar benar-benar diwujudkan dalam aksi militer bersama, maka kawasan Timur Tengah akan masuk ke babak perang regional yang jauh lebih luas.
Kini, dunia menanti: apakah Israel mampu bertahan menghadapi tekanan gabungan poros perlawanan Islam, atau justru inilah awal dari mimpi buruk terbesar dalam sejarahnya?