Tel Aviv kembali diguncang dalam serangan yang makin dahsyat. Pada dini hari tadi, sebuah rudal yang diklaim sebagai senjata rahasia Yaman berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel dan menghantam bangunan yang disebut-sebut sebagai markas besar kepresidenan Israel di Tel Aviv. Ledakan besar terjadi, memicu kebakaran yang meluas dan kepanikan di jantung kota.
Serangan ini datang hanya beberapa hari setelah dunia internasional, melalui sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), secara resmi mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Momentum bersejarah tersebut langsung mengubah peta politik dan militer di Timur Tengah, membuat Israel semakin terpojok.
Rudal Rahasia Yaman yang Menggebrak
Sumber militer Yaman menyebut serangan kali ini menggunakan rudal balistik generasi baru yang belum pernah dipamerkan sebelumnya. Rudal tersebut dilaporkan memiliki kemampuan menembus sistem Iron Dome dan David’s Sling, dua lapisan utama pertahanan Israel.
Para analis menilai, keberhasilan ini bukan hanya soal teknologi, melainkan juga bukti adanya koordinasi strategis antara Yaman dengan poros perlawanan regional, termasuk kelompok-kelompok di Lebanon, Suriah, hingga Gaza.
Guncangan Politik di Israel
Ledakan di Tel Aviv segera menimbulkan gelombang politik yang panas. Media lokal melaporkan suasana kacau di dalam kabinet Israel. Perdana Menteri dan jajaran menterinya dikabarkan langsung dipindahkan ke lokasi rahasia untuk alasan keamanan.
Sementara itu, ribuan warga Tel Aviv berlarian ke tempat perlindungan. Beberapa rekaman amatir memperlihatkan langit malam dipenuhi cahaya rudal pencegat, sebelum sebuah dentuman keras mengguncang pusat kota.
Efek Domino Pasca Pengakuan Palestina
Serangan Yaman ini dinilai sebagai simbol bahwa pengakuan Palestina oleh dunia bukan sekadar diplomasi di atas kertas, melainkan pemicu nyata bagi gelombang perlawanan di lapangan. Negara-negara besar kini menghadapi dilema: mendukung Israel yang semakin tersudut, atau mengikuti arus baru yang mengakui hak-hak rakyat Palestina.
Di jalan-jalan Ramallah, Gaza, dan Beirut, ribuan orang merayakan serangan tersebut sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan panjang rakyat Palestina. Sementara di Tel Aviv, api masih membara di reruntuhan bangunan yang dianggap pusat simbolik kekuasaan Israel.
Dunia dalam Tegangan
Amerika Serikat langsung mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya yang mengancam stabilitas global. Namun di sisi lain, sejumlah negara Arab dan Asia menyatakan bahwa apa yang terjadi merupakan “konsekuensi logis” dari pendudukan yang berlangsung puluhan tahun.
Rusia dan Tiongkok menyerukan perundingan segera, tetapi juga menyoroti kegagalan Israel menjaga stabilitas regional. Situasi ini membuat Israel kian terisolasi, bahkan dari sekutu tradisionalnya.
Masa Depan Konflik
Pertanyaan besar kini menggantung di udara: apakah serangan ini awal dari gelombang baru perang regional yang lebih besar? Atau justru menjadi titik balik yang memaksa Israel menerima kenyataan politik baru setelah Palestina diakui dunia?
Satu hal yang jelas, Tel Aviv tidak lagi dianggap sebagai kota kebal. Rudal dari Yaman telah membuktikan, jarak ribuan kilometer bukanlah penghalang bagi perlawanan.
Dunia kini menatap Timur Tengah dengan cemas, menunggu babak berikutnya dari konflik yang kian sulit ditebak ujungnya.