Breaking

Selasa, 21 Oktober 2025

Iran Pamer Rudal Balistik Qadr, Emad, dan Fattah-1: Pesan Tegas untuk AS dan Israel Setelah Tarik Diri dari Kesepakatan Nuklir

 


Iran kembali mengirimkan sinyal kuat kepada dunia.
Dalam siaran televisi nasional yang jarang terjadi, Garda Revolusi Islam Iran — atau IRGC — memamerkan sejumlah rudal balistik yang telah direstorasi dan ditingkatkan secara signifikan.


Dalam tayangan itu, tampak peluncur rudal yang sebelumnya rusak kini berdiri kembali dengan sistem navigasi baru, silo bawah tanah dengan perisai anti-serangan udara, serta barisan rudal terbaru seperti Qadr, Emad, Khaybar Shekan, dan Fattah-1 — senjata hipersonik yang diklaim mampu menembus sistem pertahanan Israel dan Amerika Serikat.


Langkah ini dilakukan hanya beberapa bulan setelah bentrokan langsung Iran dengan pasukan Israel dan AS di kawasan Timur Tengah, menandai babak baru dalam kebangkitan kekuatan militer Teheran.
Pameran tersebut bukan hanya unjuk teknologi, tapi juga pesan politik: bahwa Iran kini siap menghadapi tekanan dari Barat dengan kemampuan militer yang jauh lebih canggih dari sebelumnya.


Menurut analis pertahanan, keputusan Iran untuk menyiarkan pameran ini ke publik bukan kebetulan.
Hal ini dilakukan setelah Teheran secara resmi menarik diri dari kesepakatan nuklir tahun 2015 — JCPOA — sebagai bentuk protes terhadap sanksi ekonomi dan pelanggaran komitmen yang dilakukan oleh negara-negara Barat.
Kebijakan baru ini menandai sikap Iran yang semakin tegas dan independen di tengah meningkatnya ketegangan regional.


Rudal Fattah-1, yang menjadi bintang dalam pameran itu, diklaim mampu mencapai kecepatan lebih dari Mach 15 dengan jangkauan hingga 1.400 kilometer, menjadikannya salah satu proyek paling ambisius Iran di bawah program pertahanan domestik.
Dengan teknologi ini, Iran ingin menunjukkan bahwa mereka tidak lagi membutuhkan kesepakatan internasional untuk menjamin keamanan nasionalnya.


Pameran tersebut sekaligus menjadi pesan terselubung kepada Washington dan Tel Aviv:
bahwa strategi tekanan maksimum tidak lagi efektif, dan setiap bentuk agresi akan dibalas dengan kemampuan balistik yang nyata.
Dunia kini menyaksikan Iran bukan sebagai pihak defensif, melainkan sebagai kekuatan yang berani menantang tatanan global yang didominasi Barat.