Ketegangan antara Washington dan Teheran kembali memuncak.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara terbuka menepis klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut telah “menghancurkan fasilitas nuklir Iran”.
Dalam pernyataan tegasnya, Khamenei berkata — “Baiklah, teruslah bermimpi.”
Pernyataan ini menjadi sindiran tajam terhadap upaya propaganda Amerika, sekaligus menegaskan bahwa Iran tidak akan tunduk pada tekanan militer maupun diplomatik dari Barat.
Khamenei menolak keras segala bentuk negosiasi yang dilakukan di bawah ancaman. Ia menegaskan, “Kesepakatan yang dipaksakan melalui intimidasi bukanlah kesepakatan, melainkan penyerahan.”
Lebih lanjut, ia menyindir keras inisiatif perdamaian Gaza yang dipromosikan oleh Trump saat berkunjung ke Israel.
Menurut Khamenei, langkah Trump hanyalah “kata-kata kosong dan perilaku konyol”, tanpa pemahaman nyata tentang penderitaan rakyat Palestina.
Komentar ini muncul di tengah meningkatnya kecaman global terhadap kebijakan militer Israel di Gaza, yang dianggap telah menyalahi hukum internasional.
Namun sindiran Khamenei tak berhenti di situ.
Dalam sentuhan politik yang tajam, ia menyinggung demonstrasi besar “No Kings” di Amerika Serikat, di mana jutaan warga turun ke jalan menolak gaya kepemimpinan otoriter Trump.
Dengan nada sinis, Khamenei berkata, “Lebih baik Trump menenangkan tujuh juta rakyatnya sendiri sebelum mencoba mengatur negara lain.”
Pernyataan ini menjadi simbol pembangkangan Iran terhadap dominasi Amerika, sekaligus sinyal bahwa Teheran tetap teguh mempertahankan program nuklirnya di bawah prinsip kemandirian nasional.
Sementara Washington berupaya menekan Iran melalui sanksi dan kampanye politik, Khamenei justru memanfaatkan momen ini untuk memperkuat citra Iran sebagai kekuatan yang tak bisa didikte oleh Barat.
Situasi ini menegaskan bahwa konflik ideologis antara Teheran dan Washington belum menunjukkan tanda-tanda mereda — dan mungkin justru bersiap memasuki babak baru dalam perang kata-kata dan pengaruh global.