Dunia energi kembali diguncang oleh langkah mengejutkan dari blok Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi, yang kini secara terbuka memberikan dukungan minyak besar-besaran kepada Rusia — langkah yang tidak hanya membuat Eropa terkejut, tetapi juga menjadi tamparan diplomatik bagi Amerika Serikat dan Donald Trump.
Langkah ini menandai perubahan besar dalam peta geopolitik global, di mana Riyadh, Abu Dhabi, dan beberapa negara Teluk lainnya tampaknya memilih untuk memperkuat kerja sama ekonomi dengan Moskow, meski Rusia masih terlibat perang sengit dengan Ukraina.
Kami tidak akan membiarkan energi digunakan sebagai senjata politik,” ujar Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dalam konferensi pers yang disiarkan di Riyadh.
Rusia tetap mitra strategis kami dalam menjaga kestabilan pasar minyak global.”
Keputusan yang Mengejutkan Dunia Barat
Blok OPEC+ — yang terdiri dari negara-negara produsen minyak utama dunia — baru saja mengumumkan paket kerja sama energi baru dengan Rusia. Kesepakatan ini mencakup pembelian minyak Rusia dengan harga khusus, serta perluasan proyek penyimpanan dan distribusi bersama di Timur Tengah.
Langkah ini langsung menimbulkan kegelisahan besar di Eropa, terutama setelah banyak negara Eropa berjuang keras mencari sumber energi alternatif akibat embargo terhadap minyak Rusia sejak invasi Ukraina tahun 2022.
Seorang pejabat Uni Eropa menyebut langkah Saudi ini sebagai “pengkhianatan terhadap solidaritas global.”
Namun analis menilai, keputusan ini adalah bentuk realpolitik: Arab Saudi dan sekutunya memilih kepentingan nasional di atas tekanan Barat.
Putin Tersenyum, Moskow Pujikan Riyadh
Kremlin dengan cepat menyambut kabar ini dengan nada kemenangan. Dalam pernyataan resmi, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menyebut langkah Arab Saudi sebagai “keputusan yang berani dan visioner.”
Presiden Putin sangat menghormati keputusan ini. Dunia kini menyadari siapa yang benar-benar menjaga keseimbangan energi global,” ujar Peskov.
Media-media Rusia bahkan memuji langkah Riyadh sebagai “pukulan strategis terhadap politik minyak Amerika”, karena membuat upaya Washington menekan ekonomi Rusia menjadi tidak efektif.
Trump Bereaksi: “Saya Sudah Peringatkan Mereka”
Mantan Presiden AS Donald Trump, yang kini kembali aktif di panggung politik, bereaksi keras terhadap keputusan tersebut. Dalam wawancara dengan Fox News, ia menuding bahwa “kebijakan lemah pemerintahan Biden” telah membuat sekutu-sekutu lama Amerika “berpaling ke Rusia.”
Saya sudah memperingatkan mereka. Tanpa saya, dunia menjadi kacau. Sekarang lihat: Saudi membantu Putin, dan Eropa menderita,” kata Trump dengan nada geram.
Sementara itu, Gedung Putih hanya menyebut bahwa Washington akan “mengevaluasi ulang hubungan strategisnya dengan Arab Saudi,” tanpa menyebut langkah spesifik apa yang akan diambil.
Eropa di Persimpangan
Keputusan blok Arab ini datang pada saat yang paling sulit bagi Eropa. Krisis energi yang berkepanjangan telah memaksa banyak negara Eropa untuk kembali menggunakan batu bara, sementara harga gas melonjak tajam.
Kini, dengan minyak Rusia mengalir ke Timur Tengah dan bukan ke Eropa, Brussels menghadapi dilema besar: apakah akan melanjutkan embargo atau diam-diam mencari celah untuk kembali membeli minyak lewat pihak ketiga.
Analis energi di London memperkirakan bahwa keputusan Arab Saudi ini bisa mengubah arah pasar global selama dekade berikutnya.
Jika Arab Saudi dan Rusia benar-benar bersatu di sektor energi, maka dominasi Barat atas pasar minyak bisa berakhir,” ujar seorang pakar geopolitik dari The Economist Intelligence Unit.
Era Baru Energi Global
Langkah ini juga memperlihatkan perubahan sikap besar negara-negara Arab terhadap Rusia. Dahulu, banyak di antara mereka berhati-hati dalam bekerja sama dengan Moskow.....