Breaking

Kamis, 16 Oktober 2025

Perubahan Taktis Hamas Menjerat Trump dan Netanyahu Tanpa Sadar; “Serang Saat Saya Bilang…”: Perang Gaza 2.0 Kapan Saja?

 


Dunia Timur Tengah kembali bergetar — kali ini bukan karena serangan rudal, melainkan karena strategi diam-diam Hamas yang dikabarkan telah menjerat Amerika Serikat dan Israel dalam permainan yang tidak mereka sadari.

Perubahan taktis yang dilakukan Hamas dalam dua bulan terakhir disebut-sebut membalikkan peta konflik Gaza, membuat Donald Trump dan Benjamin Netanyahu tampak seperti pion di papan catur baru yang dikendalikan dari bawah tanah Gaza.

Serang saat saya bilang…” — kalimat misterius ini disebut muncul dalam komunikasi internal Hamas yang bocor, menandai strategi baru yang tak lagi berorientasi pada perang cepat, melainkan pada jebakan geopolitik jangka panjang.

Strategi Baru: Hamas Berhenti Bertempur, Tapi Tidak Menyerah

Setelah serangkaian gencatan senjata yang tampak tenang di permukaan, Hamas justru melakukan hal yang tidak terduga:
mereka menghentikan operasi militer besar-besaran, menurunkan intensitas serangan, dan menahan diri.

Namun, di balik “keheningan” itu, intelijen Mesir dan Turki mengonfirmasi adanya restrukturisasi penuh dalam tubuh Brigade Al-Qassam.
Unit-unit lama dibubarkan dan diganti dengan struktur sel fleksibel, yang bisa beroperasi tanpa perintah langsung — sebuah pola yang sangat mirip dengan strategi Iran dan Hizbullah di masa perang rahasia mereka.

Seorang analis keamanan di Doha menyebut:

Israel mengira Hamas sedang lemah. Padahal mereka sedang berubah bentuk. Ini bukan kekalahan; ini metamorfosis taktis.”

‘Jerat Gaza’: Menunggu Langkah Pertama Israel

Menurut sumber intelijen regional, Hamas kini menjalankan strategi “Jerat Gaza” — skema perang psikologis dan politik yang dirancang untuk memancing Israel menyerang lebih dulu, sambil membiarkan dunia menilai siapa agresor sebenarnya.

Strategi ini mulai tampak ketika Netanyahu menolak hadir dalam KTT Mesir bulan lalu, sementara Trump justru mendorong perundingan damai yang belum matang.
Di saat keduanya saling menunggu, Hamas justru memperkuat sistem komando bawah tanah dan memperluas jaringan persenjataan rudal pendek jarak menengah.

Hamas tidak lagi bertarung untuk wilayah, tapi untuk waktu,” ujar seorang diplomat Eropa yang mengikuti perkembangan negosiasi. “Mereka tahu kapan harus diam, dan kapan harus membuat dunia menatap Gaza lagi.”

Trump dan Netanyahu Terseret ke Dalam Permainan

Yang menarik, dua tokoh besar — Trump dan Netanyahu — kini justru terperangkap dalam dinamika yang diciptakan Hamas sendiri.

Trump, yang sedang berusaha menampilkan citra sebagai “pembawa damai”, mendukung gencatan senjata Gaza melalui Mesir dan Arab Saudi.
Namun setiap kali perjanjian hampir tercapai, insiden kecil muncul — ledakan di Rafah, serangan drone misterius di Beit Lahia, atau sabotase terhadap truk bantuan.
Dan setiap kali itu terjadi, Hamas tidak mengaku bertanggung jawab, membuat Israel bingung harus menyerang siapa....